N. RIANTIARNO

Aktor, Penulis, Sutradara.

Lahir di Cirebon, Jawa Barat, 6 Juni 1949.

Wafat di Jakarta, 20 Januari 2023

Berteater sejak 1965, di Cirebon. Tamat SMA, 1967, melanjutkan kuliah di ATNI, Akademi Teater Nasional Indonesia, Jakarta. Berguru kepada Teguh Karya dan ikut mendirikan TEATER POPULER, 1968. Masuk Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, 1971.

 Mendirikan TEATER KOMA, 1 Maret 1977. Hingga 2023, sudah menggelar lebih dari 200 produksi panggung dan televisi. Menulis sebagian besar karya panggungnya, antara lain; Rumah Kertas, J.J Atawa Jian Juhro, Maaf.Maaf.Maaf, Kontes 1980, Trilogi OPERA KECOA (Bom Waktu, Opera Kecoa, Opera Julini), Konglomerat Burisrawa, Pialang Segitiga Emas, Suksesi, Opera Primadona, Sampek Engtay, Banci Gugat, Opera Ular Putih, RSJ atau Rumah Sakit Jiwa, Cinta Yang Serakah, Semar Gugat, Opera Sembelit, Presiden Burung-Burung, Republik Bagong, Kala, Republik Togog, Republik Petruk, Republik Cangik, Tanda Cinta, Rumah Pasir, Siejinkwie, Siejinkwie Kena Fitnah, Siejinkwie di Negeri Sihir, Demonstran.

Memanggungkan karya-karya penulis kelas dunia, antara lain; Woyzeck/Georg Buchner, The Threepenny Opera, The Good Person of Shechzwan dan Mother Courage and Her Children/Bertolt Brecht, The Comedy of Error dan Romeo Juliet/William Shakespeare, Women in Parliament/Aristophanes, Animal Farm/George Orwell, The Crucible/Arthur Miller, Doea Dara, Orang Kaya Baru, dan Tartuffe atau Republik Togog/Moliere, The Marriage of Figaro/Beaumarchaise, The Visit/Friedrich Durrenmatt, Leonardo/Evald Flisar.  

Menulis skenario film dan televisi. Karya skenario filmnya, Jakarta Jakarta, meraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia di Ujung Pandang, 1978. Karya sinetronnya, Karina, meraih Piala Vidia pada Festival Film Indonesia di Jakarta, 1987. Meraih lima hadiah sayembara Penulisan Naskah Drama Dewan Kesenian Jakarta (1972-1973-1974-1975 dan 1998). Juga merebut hadiah Sayembara Naskah Drama Anak-anak dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978, berjudul Jujur Itu ..

Menulis dan menyutradarai di TVRI, kemudian menulis dan menyutradarai di beberapa teve swasta. Antara lain; Cermin, Gigi Busuk, Anak Kandung, Potret, Matahari-Matahari, Malam Semakin Kelam, Gelas Retak, Benang-Benang Rapuh, Lingkaran Putih, Tiga Merpati, Karina, Jumilah Kembang Kota Paris, Rembulan Terluka, Onah dan Impiannya dan Komedi Nusa Getir.    

Menulis beberapa skenario film, antara lain;  Amalia SH, Ranjang Pengantin, Ketemu Jodoh, Dalam Kabut Dan Badai, Jinak-Jinak Merpati, Dokter Siti Pertiwi Pergi Ke Desa, Perangkap Cinta, Gadis Hitam Putih, Gaun Pengantin, Halimun, Ketemu Jodoh, Jakarta Jakarta, Kawin Lari, Macan Kertas, Pacar Pertama, Puber, Sama Juga Bohong, Skandal, Surat Undangan dan Cemeng 2005 The Last Primadona. Semuanya, sudah diproduksi.

Novel Ranjang Bayi dan Percintaan Senja, meraih hadiah Sayembara Novelet Majalah FEMINA dan Sayembara Novel Majalah KARTINI. Pada 1993, dianugerahi Hadiah Seni, Piagam Kesenian dan Kebudayaan dari Departemen P&K, atas nama Pemerintah RI. Dan menerima Satya Lencana Kebudayaan 2012, dari Presiden Republik Indonesia. Juga mendapat Anugerah Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2013.

Film layar lebar karyanya, CEMENG 2005 (The Last Primadonna), 1995,  diproduksi oleh Dewan Film Nasional Indonesia. Pada 1999 meraih penghargaan dari Forum Film Bandung untuk serial film televisi berjudul Kupu-kupu Ungu sebagai Penulis Skenario Terpuji 1999. Forum yang sama mematok film televisi karyanya (berkisah tentang pembauran), Cinta Terhalang Tembok, sebagai Film Miniseri Televisi Terbaik, 2002.

Menulis novel trilogi: Cermin Merah, Cermin Bening dan Cermin Cinta, diterbitkan oleh Grasindo, 2004, 2005 dan 2006. 18 Fiksi di Ranjang Bayi, kumpulan cerita pendek, diterbitkan KOMPAS, 2005. Roman Primadona karyanya, diterbitkan Gramedia Pustaka Utama, 2006. Dan pada tahun 2011, menulis Kitab Teater Tanya Jawab Seputar Seni Pertunjukan, diterbitkan oleh Grasindo.

Pada 1975, berkeliling Indonesia mempelajari teater rakyat dan kesenian tradisi. Juga berkeliling Jepang atas undangan Japan Foundation, 1987 dan 1997. Pada tahun 2013, mendapat undangan dari Goethe Institut untuk mengikuti Berliner Festspiele, Berlin, Jerman, Theatre Treffen Funfzig. Mengunjungi negara-negara Skandinavia, Inggris, Prancis, Belanda, Italia, Afrika Utara, Turki, Yunani, Spanyol, Jerman. Kamboja, Thailand dan Cina, Cekoslowakia dan Slovenia, dalam kurun waktu 1986-2013.

Pada 1978, mengikuti International Writing Program di University of Iowa, Iowa City, USA, selama 6 bulan. Partisipan pada International Word Festival, 1987, dan New Order Seminar, 1988, keduanya di Autralia National University, Canberra, Australia.

Memperbincangkan Teater Indonesia di Cornell University, Ithaca, USA, 1990. Berbicara mengenai Teater Indonesia di kampus-kampus universitas di Sydney, Monash-Melbourne, Adelaide, dan Perth, 1992. Pada 1996, menjadi partisipan aktif pada Session 340, Salzburg Seminar di Austria. Beberapa kali menjadi Juri Festival Film Indonesia dan Festival Sinetron Indonesia.

Pernah menjabat Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta (1985-1990). Anggota Komite Artistik Seni Pentas untuk KIAS (Kesenian Indonesia di Amerika Serikat), 1991-1992. Anggota Board of Artistic Art Summit Indonesia, 2004 dan 2007. Ketua Pokja (Kelompok Kerja) Film Indonesia, Direktorat Film Depbudpar. Anggota BP2N (Badan Pertimbangan Perfileman Nasional), 2007-2009. Juga konseptor dari Jakarta Performing Art Market/PASTOJAK (Pasar Tontonan Jakarta I), 1997, yang diselenggarakan selama satu bulan penuh di Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki.

Menulis dan menyutradarai 6 pentas multimedia-kolosal: Rama-Shinta (1994), Opera Mahabharata (1996), Opera Anoman (1998), Bende Ancol (1999), Rock Opera (2003), Anomali Vs Anomi (2005), Timun Mas (2011).

Ikut mendirikan majalah ZAMAN, 1979, dan bekerja sebagai redaktur (1979-1985). Ikut mendirikan majalah MATRA, 1986, dan bekerja sebagai Pemimpin Redaksi. Pada tahun 2001, pensiun sebagai wartawan. Kini berkiprah hanya sebagai seniman dan pekerja teater saja.

Beberapa karyanya bersama TEATER KOMA, batal pentas karena masalah perizinan dengan pihak yang berwajib. Antara lain: Maaf.Maaf.Maaf. (1978), Sampek Engtay (1989) di Medan, Sumatera Utara, Suksesi, dan Opera Kecoa (1990), keduanya di Jakarta. Akibat pelarangan itu, rencana pementasan Opera Kecoa di empat kota di Jepang (Tokyo, Osaka, Fukuoka, Hiroshima), 1991, urung digelar pula karena alasan yang serupa. Tapi Opera Kecoa, pada Juli-Agustus 1992, dipanggungkan oleh Belvoir Theatre, salah satu grup teater garda depan di Sydney, Australia.

Pada 1998, menerima Penghargaan Sastra 1998 dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Dan sekaligus meraih SEA WRITE AWARD 1998 dari Raja Thailand, di Bangkok, untuk karyanya Semar Gugat. Sejak 1997, menjabat Wakil Presiden PEN Indonesia.

Pada 1999, menerima Piagam Penghargaan dari Menparsenibud (Menteri Pariwisata Seni & Budaya), sebagai Seniman & Budayawan Berprestasi. Juga, meraih FTI AWARD (Federasi Teater Indonesia) 2008. Meraih IKJ (Institut Kesenian Jakarta) Award, 2012, dan di tahun yang sama menerima Piagam Kehormatan, SATYA LENCANA KEBUDAYAAN dari Presiden RI. Diikuti dengan penghargaan lainnya, Anugerah Universitas Gajah Mada (2013), Habibie Award, Bidang ilmu budaya (2014), Piagam Penghargaan Akademi Jakarta (2014) dan Anugrah Pekan Teater Nasional (2018).

Karya pentasnya Sampek Engtay, 2004, masuk MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai karya pentas yang telah digelar selama 80 kali selama 16 tahun dan dengan 8 pemain serta 4 pemusik yang sama.

Menyutradarai Sampek Engtay di Singapura, 2001, dengan pekerja dan para pemain dari Singapura. Salah satu pendiri Asia Art Net, AAN, 1998, sebuah organisasi seni pertunjukan yang beranggotakan sutradara-sutradara Asia. Menjabat sebagai artistic founder dan evaluator dari PPAS, Practise Performing Art School di Singapura. Evaluator pada Akademi Seni Kebangsaan, Kuala Lumpur, Malaysia. Pengajar pada AKMR, Akademi Kesenian Melayu Riau. Pengajar Pasca-Sarjana pada Insitut Seni Indonesia (ISI) Solo, dan pengajar Pasca-Sarjana Universitas Dr. Soetomo, Surabaya.