Hari Minggu pagi, sekitar pukul 07.00 WIB, 11 Agustus 2013, aktor Teater Koma bernama Dudung Hadi menghembuskan nafas terakhirnya. Bagi penonton Teater Koma, seorang Dudung Hadi sangatlah lekat dengan peran Sukiu, bujang Sampek yang lucu, dalam lakon SAMPEK ENGTAY. Peran itu sudah berpuluh kali dia mainkan sejak 1988. Bahkan pentas terakhirnya bersama Teater Koma adalah sebagai Sukiu, pada pentas ulang SAMPEK ENGTAY bulan Maret 2013 lalu di Gedung Kesenian Jakarta.
Pemunculannya dalam lakon lain pun senantiasa ditunggu, karena kepiawaian beliau mengocok perut penonton melalui tingkah dan banyolannya yang jenaka. Tapi bukan berarti dia tidak jago bermain serius. Tengok saja perannya sebagai penderita gangguan jiwa yang hobi menyanyi opera, Prof. Karuso, dalam KENAPA LEONARDO? Tidak ada sama sekali unsur improvisasi komedik, selalu penuh disiplin dalam mengucapkan dialog dalam naskah.
Disiplin merupakan ciri khas lain dari pria yang bekerja sebagai penyemprot insektisida ini. Rumahnya di Bekasi, perjalanan ke sanggar memakan waktu 4 jam, tapi beliau nyaris selalu tiba lebih awal satu jam sebelum latihan mulai di sanggar Bintaro. Begitu pun ketika turut ambil bagian selama 4 tahun dalam pentas keliling PETUALANGAN AGEN PENNY, beliau selalu tiba di setiap SD manapun di Jakarta dengan tepat waktu.
Lalu, beliau adalah teladan bagi anggota baru meski tak banyak memberikan wejangan. Cukup keakraban serta candaan ringan, terselip kebijakan usia dan pengalaman, yang tak henti dia berikan kepada rekannya, tua maupun muda, di Teater Koma. Kehilangan yang tidak akan pernah ada gantinya.
Selamat jalan, Dudung Hadi. Kami akan selalu merindukanmu.